*Pertama-tama, kami dari Tim Cangkir Putih memohon maaf atas keterlambatan posting ini dikarenakan blogger kita mengalami kendala dalam akses internet, tetapi kami tetap berharap bahwa posting ini bermanfaat untuk semua.
Tepat pada libur Jumat Agung, 25 Maret 2016, Tim Cangkir Putih mengadakan suatu kegiatan yang disebut sebagai "Jalan-Jalan Budaya" atau disingkat JJB dengan mengadakan ekspedisi ke Cirebon. Kegiatan ini merupakan awal dari pengenalan JJB yang merupakan bagian dari program kerja Cangkir Putih FIB UI. Hasil dari kegiatan ini sangat bermanfaat untuk ekspedisi Cangput (singkatan Cangkir Putih) berikutnya di tahun ini.
Perjalanan kami awali dengan menaiki KA Tegal Arum pada pukul 16.30 dan tiba di Stasiun Cirebon Prujakan pukul 20.30. Setelah itu, kami menaiki angkot dari stasiun menuju penginapan kami, Hotel Cordova yang letaknya persis di depan Stasiun Cirebon Kejaksan. Setelah sampai di penginapan, kami pun berniat untuk mencari makan malam dan mencoba untuk mencicipi nasi jamblang. Dengan suasana gerimis dan sejuknya udara kota Cirebon di malam hari sambil menikmati sajian nasi jamblang di pinggiran jalan dekat tempat kami menginap. Penyajiannya umumnya sama seperti warung lesehan-lesehan seperti nasi sego kucing atau angkringan. dialasi oleh daun jati membuat rasa nasi lebih berciri khas lebih gurih ketimbang hanya dengan piring biasa. Menu yang disajikan pun sederhana dan umumnya orang bisa menikmati semua menu tersebut. Yang lebih mencirikhaskan adalah sambelnya dengan rasa yang manis sehingga rasa pedasnya pun tidak terlalu menyengat lidah. Harga yang terjangkau membuat semua lapisan masyarakat bisa menikmati sajian kuliner ini. Menurut kami pula kuliner ini perlu untuk dilestarikan karena selain terjangkau harganya namun juga bisa memuaskan rasa lapar bila mampir ke kota Cirebon.
Esok harinya, pada tanggal 26 Maret 2016, ekspedisi pun dimulai. Kami mengunjungi tiga keraton yang ada di Cirebon, yaitu Kanoman, Kacirebonan, dan Kasepuhan. Secara garis besar Cirebon berawal dari berdirinya kekuasaan di Kasepuhan. Secara keseluruhan Cirebon merupakan kerajaan yang bersahabat dengan kerajaan Islam lainnya di Jawa pada saat itu. Namun, satu-satunya musuh bagi Cirebon adalah VOC atau Belanda yang mulai perlahan-lahan mematahkan kesatuan didalam kerajaan tersebut atau yang sering kita sebut dengan politik adu domba. Sebenarnya hal seperti ini tidak hanya diterapkan pada Cirebon saja, namun juga kerajaan-kerajaan Islam lain di Indonesia. Saat terpecah, berdirilah Keraton Kanoman yang letaknya di sebelah Barat keraton kasepuhan. Tidak lama setelah Kanoman berdiri kemudian menyusul Kacirebonan yang berdiri disebelah selatan keraton Kasepuhan. Keraton ini didirikan saat zaman kolonial Hindia-Belanda. Ciri khas yang sama dari bentuk bangunan tiga kerajaan ini memilik arsitektur yang khas, dengan akulturasi budaya dari hindu, Islam, Tionghoa sampai Eropa sekalipun. Dan uniknya terdapat keramik-keramik untuk hiasan di bangunan-bangunan keraton yang umumnya berasal dari Eropa dan Cina. Sampai sekarang ketiga keraton tersebut masih berdiri tegak walaupun, sempat terjadi beberapa kali pemugaran.
Setelah observasi dari tiga keraton di Cirebon tim kami berkesempatan untuk mampir dan mencicipi sajian nasi lengko. Di siang yang cukup terik dan perut yang lapar, nasi lengko sangat cocok untuk membuat perut kita tidak hanya terisi namun juga sangat kenyang. Menurut kami keunikan dari nasi lengko adalah rasanya yang sangat lezat hampir mirip seperti gado-gado. Rasa manis yang berasal dari kecap membuat rasanya semakin gurih dimulut. Dari kecap ini dapat kita lihat sebuah akulturasi budaya. Dari tanah priangan yang biasa menggunakan lalapan sebagai pelengkap sajian makanan, dengan kecap dengan rasa manis yang merupakan budaya khas Jawa. Jika nanti sobat Cangput sedang berada di kota Cirebon dan ingin makan yang bisa mengenyangkan perut tapi tidak membuat kantong kosong, silahkan untuk mencoba sajian kuliner ini.
Perjalanan kami akhiri dengan mengunjungi Pantai Kejawanan yang letaknya dekat dari Losari, Kabupaten Cirebon. Pantai ini masih sederhana karena masih banyak aktivitas perikanan di pantai ini dan aksesnya yang perlu diperbaiki. Selama dua jam, kami membuat video teaser mengenai kegiatan kami selama di sana dan Anda bisa mengaksesnya dengan mengklik link ini: A TRIP TO CIREBON. Seusai pembuatan video tersebut, kami kembali ke Stasiun Cirebon Prujakan dan menaiki KA Tawang Jaya pukul 17.38 dan tiba di Jatinegara pukul 20.45. Sejujurnya kami sebenarnya belum puas dengan perjalanan ini, tetapi setidaknya kami sudah mendapatkan kajian yang cukup untuk meningkatkan pengetahuan kita akan sejarah Indonesia, terutama pada zaman kesultanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar