oleh: Alamsyah (Ilmu Sejarah FIB UI)
Olahraga kian hari semakin mendapat tempat di era modern dewasa ini, yang menjadi salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan fisik dan mental manusia. Diselenggarakannya Olimpiade Rio 2016 yang mempertandingkan 28 cabang olahraga dan diikuti 206 negara peserta dengan pembukaan Olimpiade diwarnai pidato dari Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach. Dalam pidatonya, Bach menyerukan bahwa di Olimpiade ada satu peraturan yang berlaku buat semuanya, yaitu kita adalah sama. Dari situlah, olahraga bukan hanya menjadi sarana hiburan semata, tetapi pengenalan individu dengan kelompok untuk membangun kebersamaan yang meningkatkan ketentraman, keselamatan mental, dan pikiran manusia.
Olahraga merupakan fenomena budaya yang memiliki hubungan yang erat dengan rangkaian institusi sosial dan karakter masyarakat. Untuk itu, olahraga juga dijadikan sebagai parameter menilai kemajuan masyarakat sebuah bangsa dan negara. Berkembangnya parameter untuk menilai olahraga seperti; olahraga untuk hiburan, keselamatan, lapangan kerja, pertahanan dan bela negara, atau sebagai faktor budaya dan berbagai parameter lainnya.
Dalam aktivitas olahraga juga tersimpan filosofi kehidupan yang mencerminkan keseimbangan antara jasmani dan rohani, yaitu semangat olimpisme. Paham olimpisme berasal dari sejarah olimpiade kuno yang mengajarkan nilai-nilai filosofi yang mendalam tentang olahraga. Olimpisme mengharmoniskan kehidupan keolahragaan dengan pendidikan dan kebudayaan. Semangat olimpisme menciptakan keselarasan hidup yang didasarkan nilai penghargaan pada prinsip dan etika.
Pada mulanya, olimpiade adalah festival olahraga yang merupakan bagian dari ritual keagamaan bangsa Yunani untuk menyembah Dewa Zeus. Rangkaian ritual keagamaan tersebut ditutup dengan festival olahraga selama satu minggu sebagai perwujudan rasa syukur. Nilai-nilai olimpiade kuno mengajarkan kepada kita dalam perdamaian yang utuh tanpa diskriminasi.
Menurut Baron Pierre de Coubertan, penggagas olimpiade modern, mengatakan, “to educate young peoples through sport on spirit in better understanding between each other and of friendship thereby helping to build a better and more peaceful world”. Selaras dengan pernyatannya, olimpisme juga mengajarkan pembinaan pribadi secara terpadu antara fisik, jiwa dan pikiran. Selain itu, mengajarkan bahwa tujuan olahraga adalah kemuliaan manusia seutuhnya.
Oleh karena itu, tujuan olimpisme adalah perdamaian dunia yang menjadikan dasar fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengkombinasi antara jasmani, rohani, keolahragaan, pendidikan, dan kebudayaan. Penyelenggaraan olahraga multi event yang diselenggarakan secara berjenjang diharapkan akan bermuara pada prestasi dan dapat juga digunakan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dunia terhadap budaya berbagai bangsa yang pada akhirnya terbangun saling pengertian, toleransi, serta sebagai upaya sosialisasi dan pemahaman budaya.
Cangkir Putih FIB UI
#HangatKebersamaan
#HangatKebersamaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar